Deruankalbu|Alhamdulillah sahabat-sahabatku yang berbahagia, kali saya dapat mengulas sedikit peraoalan ukuran iklas beramal dan ber shadaqoh dalam islam.
Berbagai amal yang kita lakukan dan yang kita berikan kepada orang lain, apakah sudah diterima atau tidak oleh Allah SWT?
Hal itu tidak dapat kita bahas diterima atau tidaknya hanya saja bagi kita saat memberikan apa saja pada oranlain harus didasari ikhlas agar tidak sia-sia.
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (Al Baqarah: 265)
Amal yang hanya mengharap imbalan, semisal si a memberi si b uang Rp : 10.000.00 dengan mengharap imbalan agar dia memilihnya menjadi kepala desa.
Sudah tentu hal tersebut sudah tidak dikatakan ikhlas lagi, kenapa begitu karena dalam ikhlas itu sudah tidak mengingat lagi akan imbalan dan lainnya.
Ciri-ciri seseorang dapat dikatan (Ukuran Ikhlas Dalam Islam).
1. Apa yang dilakukan atas dasar mengharap ridho Allah SWT.
وَ رَوَى اْلبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ: لَوْ اَنَّ اَحَدُكُمْ يَعْمَلُ فىِ صَخْرَةٍ صَمَّاءَ لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَ لاَ كَوَّةٌ لَخَرَجَ عَمَلُهُ كَائِنًا مَا كَانَ. متفق عليه
“Seandainya salah seorang di antara kamu melakukan suatu perbuatan di dalam gua yang tidak ada pintu dan lubangnya, maka amal itu tetap akan bisa keluar "tetap dicatat oleh Allah" menurut keadaannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Setelah memberi seseorang tersebut tidak pernah mengungkit kembali apa yang telah diberikan.
3. Menyesal setelah memberikan sesuatu pada orang lain.
4. Tidak menceritakan pemberiannya kepada orang lain.
5. Memberi karena terpaksa dengan pengertian hanya karena merasa terganggu dengan si peminta.
6. Memberi sebab pangkatnya menurun.
Dalam artian malu karena semua teman satu kerja memberi semua, sebabnya jika tidak memberi mersa gengsi sebagai boss.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ قُلُوْبِكُمْ. مسلم
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat keikhlasan hatimu”. (HR. Muslim)
7. Memberi hanya karena ingin disanjung.
Dalam artian jika seseorang memberi hanya karena ingin dipuji agar tidak dikatan bakhil (pelit).
8. Memberi karena akan borosnya.
Dalam artian memberi tanpa melihat keadaan keluarga dan ekonomi keluarga yang masih membebankan dirinya sendiri.
9. Memberi karena merasa dipaksa.
Maksutnya jika memberi hanya karena dipaksa orang lain, yang mana pada hakikatnya yang si pemberi tidak ada keinginan untuk memberi.
10. Memberi karena ingin dianggap dermawan.
Seseorang yang memberi hanya karena ingin dianggap agar mereka orang yang ber-uang, dan gengsi akan akan perusahaannya dianggap kecil penghasilan.
Maka jika dalam hatinya diliputi beberapa yang disebut diatas maka shadaqoh yang diberikan pada orang lainnya bisa jadi tidak diterima oleh allah swt.
Semoga kita dapat menjauhi ciri-ciri diatas dan semoga amal dan ibadah kita diterima oleh Allah dan dimaksukkan ke syurganya aamiin.
Apabila dari Tulisan Diatas Ada kekeliruan Ataupun Pemaknaan yang Kurang Tepat kami Admin Memohon Kritikan Dan Masukan yang Sopan dan Membangun. Dan Memohon Untuk Tidak Menaruh Link Aktif.